Siang itu, menjelang matahari tepat berada di tengah Bumi, sinar matahari yang tidak terlalu panas, bahkan bisa dibilang sudah mulai redup dengan diiringi gumpalan awan yang menandakan akan segera turun hujan, di sebuah sekolah yang sedang melaksanakan Ulangan Tengah Semester (UTS) di hari di hari ke-4.
Klik, sebuah pesan bbm
masuk, “abi masih di sakola da, ni di TU, lagi download film dulu”, ujar
seorang perempuan muda yang membalas isi pesanku. “Oke aku kesana”, jawabku
singkat, yang segera dibalas lagi, “sambil bawa durennya ya om”.
Ya … itulah beliau, dia
sering menyapaku dengan panggilan itu, meski aku bukan Om nya, dia bukan
ponakanku, bahkan tidak ada pertalian keluarga sedikitpun, namun mungkin karena
usiaku ada di atasnya, atau mungkin karena sudah dekat diantara kami, maka aku
tidak keberatan untuk memiliki panggilan seperti itu, tapi khusus untuk
dirinya, Hehe.
Neng Hikmah, itulah namanya,
rekan kerja yang sudah 2,5 tahun bersama di lembaga tempatku bekerja, sosok
yang baik, ceria dan mudah bergaul, namun terkadang mudah terbawa perasaan, walaupun
hanya lewat sebuah tontonan sinema. Film India dan Korea, merupakan film
favoritnya, dia rela meluangkan waktu untuk dapat menikmati jalan ceritanya walau
dengan durasi waktu yang panjang ataupun puluhan episode yang harus dilaluinya.
Descendants of the Sun,
merupakan salah satu film serial Korea yang sudah membuatnya baper di episode
pertamanya. Dan demi menonton kelanjutan episode “Descendants of the Sun”
tersebut, siang itu dia rela meluangkan waktunya untuk mendownload film
tersebut dengan memanfaatkan fasilitas wifi yang disediakan.
Dengan ditemani Bau Durian Cup
(BDC) yang sudah dipesannya sejak dua hari yang lau, dia mulai berlayar di
dunia maya untuk mencari film tersebut, berbagai situs penyedia layanan film gratis,
mulai dari yang sifatnya nonton streaming online yang bisa ditonton langsung, sampai
dengan file yang harus di download terlebih dahulu. Berbagai kemudahan itu
membuatnya berada diantara dua dunia, dunia nyata dan di dunia maya.
Setengah jam berlalu, dia
mulai sumringah melihat situs penyedia film yang dicarinya telah didapatkan,
tanpa pikir panjang dia mulai meng klik, klik dan terus mengklik
perintah-perintah yang muncul agar dapat mendowload film tersebut, melalui
layanan Internet Download Manager (IDM) yang sudah ada di laptopnya, dengan
sabar ia mulai mengikuti hitungan mundur yang waktu yang berjalan seiring
dengan terus naiknya angka persenan yang menjadi pertanda berjalannya
downloadan film tersebut.
Untuk mempercepat mendapatkan
episode-episode film tersebut, dia coba menggunakan Personal Computer (PC) yang
ada di ruangan itu untuk mendownload film tersebut. Pikirnya, dua komputer akan
lebih baik dan lebih banyak lagi film yang bisa didapatkan.
Pukul 13.36, sebuah pesan
masuk saat aku lagi makan siang, “Om, ini teh udah ampir beres tp sempet
lilitid heul koneksina jd aja ke cancel eh d ulang lagi downloadna, pingin
nerusin downloadnya yg td gmn om?”. Tulisan dengan penuh kalimat yang typo
menggambarkan rasa kecewa dengan apa yang sedang dialami. Terbayang sudah rasa
kecewa yang didapatkan sama anak satu ini, setelah lama menunggu namun yang
didapati film yang didownload tidak bisa selesai karena koneksi internet yang
mendadak terputus.
Tergugah untuk membantunya,
akhirnya aku putuskan untuk berangkat ke tempat aku bekerja lagi. Terpampang raut
muka yang terlihat kecewa saat aku datang menemuinya. Dengan keterampilan
seadanya, aku mencoba membantu memulihkan file tersebut agar bisa dilanjutkan
download-an nya tanpa harus mengulanginya lagi dari awal.
Ditemani iringan indahnya lagu
Rizky Febian yang berjudul “Kesempurnaan Cinta”, aku mencoba memulihkan file-file
film tersebut, walaupun pada akhirnya tetap saja file-file tersebut harus
didownload ulang, dan tidak satu pun file yang bisa diselesaikan.
Fuhh ... akhirnya saat-saat
yang dinantikan akan datang, terlihat ceria di wajahnya saat melihat angka
persenan download terus menuju angka 100%. Namun wajah itu mendadak berubah
saat angka 98,29% mendadak terhenti, dan
lebih tragis lagi ketika melihat icon penangkap wifi terselipkan tanda seru
warna kuning yang menandakan bahwa jaringan internet kembali terputus, tertulis
disana Unlimited Conection yang menandakan terputus pula harapan untuk
menyaksikan film yang sudah lama dinantikannya.
Pukul 14.29, menjadi puncak
kesabaran menanti yang tak kunjung datang, dan baginya Pukul 14.29 menjadi
akhir untuk tetap di tempat ini, “sudahlah ..” ujarnya sedikit putus asa sambil
membereskan Laptop dan Tas yang dari tadi menemaninya. Aku bukannya tidak bisa
menghibur, tapi aku pun tidak bisa berbuat apa-apa, sebagai bentuk menghibur,
kujanjikan besok file tersebut sudah bisa dia dapatkan.
Setelah semuanya dibereskan,
dengan langkah gontai kami pun meninggalkan tempat tersebut untuk melanjutkan tujuan-tujuan
masing-masing dengan diiringi kekecewaan yang mendalam di wajahnya. Sedangkan aku?
Aku tidak terlalu kecewa karena sama sekali aku tidak punya kepentingan dengan
file tersebut, namun aku bersimpati terhadap dia dengan pengorbanan yang telah
dilakukan untuk mendapatkan file itu.
Kekecewaannya terlihat jelas,
saat ku lihat status (personal message) di BBM nya Pukul 14.58, dia menuliskan
“gendokkk ihhh yang ditambahkan simbol menangis, dengan (hashtag) # hanas
ditungguannn 3 jam”.
Itulah salah satu episode kejadian yang mungkin bisa
kita alami dalam kehidupan ini, dimana semua harapan dan apa yang kita
rencanakan tidak selamanya akan kita dapatkan, lebih jauh lagi secanggih apapun
teknologi manusia, secermat apapun rencana yang dibuat manusia, jika Allah
berkehendak lain, semuanya tidak akan terjadi.
وَأُمْلِي لَهُمْ ۚ إِنَّ كَيْدِي مَتِينٌ (الأعراف : 183)
“Dan Aku memberi tangguh
kepada mereka. Sesungguhnya rencana-Ku amat teguh”. (Al-A’raf
Ayat 183)
Wallohu A'lam
0 Comments:
Posting Komentar